Sabtu, 30 Januari 2010

10 Tahun Sinar untuk Pengobatan : Laser, Pisau Sinar Pemotong Retina Mata



Mengobati penyakit mata dengan laser? Mungkin itu pertanyaan konyol yang keluar dari mulut, sementara raut wajah menyeringai ngeri. Membayangkan mata kita diobok-obok dengan sinar yang katanya mematikan itu. Tapi, siapa sangka kalau ternyata kini teknologi laser sudah 10 tahun dipergunakan untuk pengobatan mata, semenjak diperkenalkan awal tahun 90-an lalu.

Sebenarnya tak bisa disalahkan juga kalau banyak orang jerih bila mendengar kata laser. Terbayang tubuh yang bolong-bolong bila tertembak sinar tersebut. Bahkan di film StarWars, sinar ini dijadikan pedang untuk memotong tubuh lawannya.

Laser sebenarnya singkatan dari kata Light Amplification Stimulated Emission Radiation. Teori mengenai sinar ini pertama kali diperkenalkan oleh pakar fisika terkenal, Dr. Albert Einstein pada tahun 1920. Dan baru setelah 40 tahun kemudian teori tersebut dipraktikkan. Dr. Mainamm dari Jerman yang akhirnya dikatakan berhasil untuk pertama kalinya mengarahkan sinar tersebut dalam sebuah lingkup garis. Yaitu dengan mengurung sebaran cahaya tersebut dengan menggunakan batu delima (ruby). Oleh sebab itu laser yang pertama kali dikonsentrasikan itu disebut laser ruby.

Setelah penemuan konsentrasi laser oleh ruby tersebut, maka sinar ajaib ini mulai diarahkan untuk berbagai kegunaan, termasuk untuk kesehatan. Laser untuk pengobatan sebenarnya baru dimulai semenjak awal 90-an lalu. Termasuk di dalamnya untuk pengobatan mata, selain juga untuk pengobatan penyakit kulit, perut, gigi dan pembedahan. Khusus untuk pembedahan. Sinar laser lebih disukai karena tidak menimbulkan luka dalam, dan berarti meminimalkan pendarahan. Meskipun harus diakui hingga kini, paramedis yang ingin memakai peralatan ini haruslah memiliki tingkat keahlian tinggi.

Kontroversi

Sementara kecanggihan alat laser untuk pengobatan mata makin maju. Hingga kini masih banyak kontroversi mengenai kemanjuran pengobatan tersebut. Prof. Ian Constable, Managing Director Lions Eye Institute dari Australia, menyatakan bahwa bedah laser untuk mata seperti ini memiliki tingkat keberhasilan hingga 90 persen banyaknya. ?Sangat sedikit orang yang mengeluh kembali setelah mengalami operasi ini,? ucapnya di Jakarta, Rabu (16/5) kemarin.

Hal senada juga dikuatkan oleh Prof. Douglas D. Koch, M.D, mantan President of American Society of Cataract and Refractive Surgery. Menurutnya pengobatan mata dengan menggunakan laser secara umum selalu menunjukkan hasil yang positif. ?Teknologi pengobatan mata dengan laser hingga terakhir ini sudah mencapai taraf kesembuhan hingga 20/20. Yang berarti mendekati sempurna dalam standar penyembuhan penyakit mata,? imbuhnya dalam kesempatan yang sama.

Namun berbeda dengan pendapat Dr. David Schanzlin, dari Shiley Eye Center di University of California, San Diego. Ia yang merupakan seorang inovator dan pemimpin terkenal di dunia internasional dalam bidang operasi pembiasan. Ia telah melacak efektivitas operasi pembedahan mata dengan sinar laser sejak pengenalan prosedur ini ke pasar Amerika Utara hampir satu dekade yang lalu. Menurutnya, sebenarnya prosedur ini tidak cocok untuk beberapa pasien tertentu. ?Dan ribuan orang berisiko mendapatkan suatu masalah serius, yaitu pembengkakan pada kornea mata,? ujarnya. Hal itu mengakibatkan pandangan mata menjadi sangat kabur. Hingga mengalami peningkatan rabun jauh dan astigmatisme (efek karena kornea mata tidak bulat.

Ahli bedah ini juga menyarankan agar para pasien meminta apa yang disebut sebuah tes topografi untuk memastikan bahwa korneanya tidak terlalu tipis bagi prosedur ini. Schazlin berpendapat bahwa pengujian tersebut seharusnya standar. Pengujian-pengujian lain yang direkomendasikan antara lain pembesaran bola mata untuk memeriksa bagian belakang mata dan pengukuran mata serta ketebalan kornea. Untuk pengujian terakhir, sang dokter seharusnya memberikan waktu cukup lama bagi mata untuk beradaptasi tanpa memakai lensa kontak bagi suatu pengukuran yang akurat.

Mahal

Masalah lain yang rasanya masih menjadi ganjalan adalah masih mahalnya biaya operasi untuk operasi laser ini. Dari keterangan yang diberikan Dr. Sjakon G. Tahija, di Klinik Mata Nusantara, yang baru diresmikan Rabu (16/5) lalu, menyebutkan bahwa biaya untuk satu kali operasi dengan menggunakan Lasik mencapai Rp. 15.600.000,-. ?Ini masih lebih murah dibandingkan dengan pelayanan serupa di klinik yang lain,? tambahnya. Dan bila dibandingkan dengan negara lain yang juga menyelenggarakan fasilitas serupa, biaya yang dikeluarkan klinik ini memang belum ada apa-apanya. Bahkan sebuah situs di internet memberitakan bahwa harga operasi mata dengan laser bisa mencapai AS$ 15.000,- sebiji mata.

Retina dan Vitreus

Retina dan Vitreus Cetak halaman ini Kirim halaman ini melalui E-mail

OPERASI VITREO RETINAL
Untuk memenuhi keperluan kemajuan teknologi di bidang pengobatan mata, serta keperluan dari kasus-kasus vitreoretinal yang memerlukan tindakan bedah yang terjadi di masyarakat semakin meningkat.
Pengertian operasi VITREORETINAL adalah operasi mata untuk mengatasi kelainan retina (selaput saraf mata) atau vitreus (jaringan jernih berbentuk agar yang mengisi bola mata). Operasi ini dikerjakan antara lain pada:
1. Ablasio retina (retinal detachment)
Ablasio retina umumnya disebabkan oleh robekan pada retina akibat: faktor bawaan, benturan, dll. Ablasi retina dapat menyebabkan kebutaan apabila retina tidak dilekatkan kembali dalam waktu relatif singkat.

2. Mengkerutnya makula (macula pucker)
Makula adalah bagian retina yang digunakan untuk membaca dan penglihatan halus. Pada penderita ini, tumbuh jaringan ikat pada permukaan makula yang mengakibatkan pengkerutan makula.

3. Retinopati Diabetik (diabetic retinopathy)
Adalah penyakit retina akibat diabetes melitus (kencing manis). Pada fase awal, retinopati diabetik dapat diatasi dengan laser saja, pada kasus lanjut kadang perlu dilakukan operasi vitrektomi untuk membersihkan vitreus yang keruh akibat pendarahan, atau untuk mengupas jaringan ikat pada permukaan retina.

4. Infeksi bola mata (endophthalmitis)
Infeksi bakteri yang masuk kedalam rongga bola mata sangat berbahaya bagi penglihatan dan memerlukan penanganan cepat.
5. Trauma mata (benturan atau luka pada bola mata)
Pada kasus trauma mata dimana terjadi perdarahan vitreus atau ablasio retina mungkin diperlukan operasi vitrektomi untuk membersihkan darah dan melekatkan retina kembali.

Tujuan
Tujuan Operasi Vitreoretinal:
• Melekatkan kembali retina yang lepas dan mengupas jaringan ikat pada permukaan retina
• Membersihkan vitreus yang keruh akibat perdarahan atau infeksi
• Memungkinkan tindakan laser pada retina yang sebelumnya terhalang oleh darah atau jaringan ikat.

Jenis Operasi
• Pneumoretinopeksi: operasi singkat untuk melekatkan kembali retina yang lepas (ablasio retina).
• Scleral Buckling: Operasi untuk melekatkan kembali retina yang lepas.
• Vitrektomi: Operasi ini memerlukan alat khusus, ahli bedah akan melakukan operasi didalam rongga bola mata untuk membersihkan vitreus yang keruh, melekatkan kembali vitreus yang mengalami ablasio, mengupas jaringan ikat dari permukaan retina, dan tindakan-tindakan lain yang diperlukan.

Keberhasilan:
Tajam penglihatan setelah operasi Vitreoretinal tergantung pada banyak hal antara lain:
• Ablasio Retina: tajam penglihatan setelah operasi ablasio retina tergantung kepada keadaan makula sebelum operasi.
• Retinopati Diabetik: Perbaikan tajam penglihatan setelah operasi vitrektomi untuk retinopati diabetik tergantung kepada:
1. Keadaan makula dan saraf mata sebelum operasi
2. riwayat laser sebelum operasi
3. keadaan umum penderita
4. dan keberhasilan menjaga kadar gula darah dalam batas-batas normal setelah operasi
5. keberhasilan operasi vitrektomi untuk retinopati diabetik lebih tinggi pada penderita yang sudah menjalani laser cukup sebelum operasi dan pada penderita dengan kontrol gula darah yang baik.

Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi setelah terjadi pembiusan umum adalah rasa mual dan muntah-muntah.

Komplikasi akibat operasi:
Komplikasi dapat terjadi pada semua operasi termasuk operasi vitreoretinal. Operasi hanya akan dilakukan apabila diperkirakan sebelumnya bahwa resiko komplikasi akibat operasi adalah kecil dibanding dengan kemungkinan penyelamatan penglihatan kalau operasi berhasil.
Contoh komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi Vitreoretinal:
• Infeksi
• Perdarahan
• Ablasio retina baru, sebagai komplikasi operasi
• Glaukoma
• Katarak

Pemeriksaan Lapang Pandangan/ Kampus Visi

Pemeriksaan lapang pandangan sentral dan perifer dipergunakan untuk tiga alasan:
• Mendeteksi kelainan tajam penglihatan
• Mencari lokasi kelainan disepanjang jaras saraf penglihatan
• Melihat besar kelainan mata dan perubahannya dari waktu ke waktu/ follow up

Pemeriksaan ini dipergunakan untuk mengeliminir defferential diagnosis dan dipergunakan untuk melihat progresifitas penyakit, dan biasanya menyertai pemeriksaan lain misalnya: pemeriksaan ketajaman penglihatan, penglihatan warna atau pemeriksaan mata lainnya.
Pemeriksaan lapang pandangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sangat sederhana bahkan tanpa alat, sampai dengan pemakaian alat canggih. Pemeriksaan ini selalu dilakukan pada satu mata baru kemudian dilakukan pada mata yang lain.
Pemeriksaan lapang pandangan bisa dilakukan dengan cara yaitu dengan uji konfrontasi dan kisi Amsler, atau dengan cara yang lebih canggih (dengan perimeter Goldmann).
Pemeriksaan lapang pandangan sederhana apabila dikerjakan dengan benar dan didukung dengan pemahaman teori yang memadai, akan dapat mengungkapkan berbagai kelainan lintasan visual.
Dibawah ini akan dijelaskan secara singkat teknik pemeriksaan lapang pandangan:
• Melihat wajah pemeriksa
Dengan salah satu mata, pasien diminta mengarahkan pandangannya kehidung pemeriksa kemudian diminta menerangkan mengenai perasaan penglihatannya misalnya:
1. pasien mengatakan hidung tampak tertutup kabut bulat sedangkan disekitarnya jelas. Ini menunjukkan skotoma sentral yang bersifat positif. Keadaan ini sering terjadi pada retinopati serosa sentralis
2. Pasien mengatakan ujung hidung hilang seperti terhapus sedangkan disekitarnya tampak jelas. Ini menunjukkan skotoma sentral yang bersifat negatif. Keadaan ini sering terjadi pada neutritis retrobulbaris
3. Pasien mengatakan bagian bawah hidung tampak kabur sedangkan bagian atas hidung tampak lebih jelas. Ini menunjukkan adanya hemianopia altitudinal inferior. Keadaan ini sering terjadi pada neuropati optik iskhemik anterior akuta.

• Melihat tutup botol Midriatikum (merah)
Dengan salah satu mata yang diperiksa pasien disuruh memfiksasi tutup botol yang tepat berada didepan mata.
• Melihat tutup botol Midriatikum (merah?) di Nasal dan Temporal
Pada mata yang diperiksa dokter memperlihatkan dua tutup botol sekaligus satu nasal satu temporal. Pasien diminta meluruskan pandangannya tepat diantara dua botol mengarah hidung pemeriksa
• Uji seperti nomor 3 dengan jari tangan pemeriksa
Pemeriksa menggerak-gerakkan jari pada setiap kuadran dan pasien diminta mendeteksi atau menghitung jari.
• Menetapkan batas tepi lapang pandang
Pada buku-buku lama, khususnya buku-buku neurologi, penetapan batas tepi lapang pandangan pasien dilakukan dengan membandingkan lapang pandangan pasien dengan lapang pandangan dokter, dengan asumsi bahwa lapang pandangan dokter normal.


KISI AMSLER
Pemeriksaan ini dipakai sebagai pemeriksaan penglihatan sentral 20 derajad, Kisi Amsler berupa gambar kotak-kotak kecil atau kisi pada selembar kertas. Kisi Amsler dipegang dengan jarak 14 inchi, umumnya pasien dikoreksi penglihatan dekatnya terlebih dahulu, mata diperiksa satu persatu.

PERIMETER GOLDMANN
Perimeter Goldmann berupa alat berbentuk mangkok setengah bola, dioperasikan secara manual, menggunakan target uji yang diproyeksikan, serta target uji dijalankan dari luar lapang pandangan kedaerah lapang pandangan atau daerah skotoma ke tepi skotoma. Perimeter ini dibuat oleh dokter Goldmann, sehingga nama lengkapnya perimeter ini adalah perimeter mangkok, manual, proyeksi, kinetik, Goldmann.